Mukhlasin, (Arsitek) Memilih TGB Sebagai Masa Depan Yang Cerah

Mukhlasin Riswanto, Alumni TGB SMK PB (2008) yang Sukses Jadi Arsitek

Setelah lulus SMP seperti siswa lainnya aku sibuk mencari sekolah selanjutnya. Walaupun aku sendiri sebenarnya sangat "santai" dengan keadaan ini, tapi orang tua sudah panik duluan. Aku sendiri menginginkan melanjutkan di SMA 1 kotaku. Karena itu SMA favorit dan banyak sekali temen - temenku yang melanjutkan disana. Maklum SMPku juga tergolong favorit saat itu di Banjarnegara. Karena susah move on dari temen - temen dan udah kadung klop jadi inginnya si ga jauh dari temen - temen SMP.
Lain pikiranku lain orang tua, orang tuaku berpikiran lain. Mereka berniat menyekolahkanku ke SMK karena kawatir nanti tidak bisa menyekolahkan hingga kuliah, jadi harapannya bila tidak bisa melanjutkan hingga kuliah lulus SMK sudah bisa kerja. Karena aku gak kepikiran sama sekali, niat masuk SMA 1 juga sebenarnya gak bulat - bulat banget jadi aku ngikut aja. Apalagi mendengar penjelasan dari ayah seperti itu.
Setelah semua setuju akhirnya dipilihlah beberapa SMK yang ada di Banjarnegara, setelah pilih, pilih dan pilih akhirnya jatuh pada SMK Panca Bhakti. SMK yang cowo banget lah pokoknya atau sering disebut STM. Saat itu ada 3 jurusan di SMK Panca Bhakti yaitu Teknik Otomotif, Teknik Elektro dan Teknik Gambar Bangunan atau Teknik Arsitektur. Saat itu kebetulan ada guru SMK Panca Bhakti Banjarnegara di desa, aku dan temanku yang kebetulan satu SMP dan satu rt pergi kesana untuk cari info. Dari sana kita dikasih formulir pendaftaran dan pilihan jurusan.

Temanku mantap langsung milih teknik otomotif, sedangkan aku sendiri gak tau mau masuk jurusan apa. Otomotif gak suka, elektro takut listrik teknik gambar bangunan entahlah apa itu, saat itu aku berfikir. Aku pulang ke rumah dengan membawa formulir pendaftaran tersebut dan membawa satu pertanyaan. Aku mau dimasukin jurusan apa? Setelah tiba di rumah, aku sampaikan pada kedua orang tuaku. Aku kira kedua orang tuaku sudah punya pandangan mau kemana, ternyata mereka juga sama denganku. Mereka tidak bisa memutuskan dan aku diminta sowan ke tetangga untuk memilihkan jurusan apa.
Tetangga persis depan rumah, ayah temenku yang kerja di Cilegon. Kebetulan beliau pas banget lagi pulang dan berada dirumah. Esoknya saya sowan ke tetangga yang dimaksud, karena dia ayah dari teman akrabku jadi sudah enak duluan ngobrolnya. Setelah diliat - liat dia menyarankan "masuk saja TGB soalnya jenjang karirnya bisa panjang, sedangkan kalau kamu ngambil jurusan lain paling mentoknya kerja di pabrik".
Oke aku pulang dengan membawa kabar buat ayah bunda, di jalan tiba - tiba langsung inget iklan sebuah produk yang pemeran iklannya anak - anak pengen jadi arsitek.

Dan tiba - tiba ingat juga saat kecil sempat melirik dan tertarik untuk jadi arsitek. Karena arsitek itu selalu digambarkan sebagai orang - orang keren yang keceh - keceh dan cerdas. Membangun dan merancang bangunan, pokoknya keceh lah. Setelah pulang dan dijelaskan ke ayah bunda ( biasanya aku manggilnya mae bapake ) merekapun setuju dan aku? kayakanya ga ada pilihan lain juga. Dan dengan harapan bisa jadi seorang arsitek beneran. Akhirnya aku memilih jurusan TGB atau Teknik Arsitektur di SMK Panca Bhakti Banjarnegara. Dari sinilah semua kisah itu bermula.

Dicuplik dari: http://www.mukhlasinriswanto.com/